Tujuh Kekayaan
Oleh Bhikkhu Sri Paññāvaro, Mahāthera

Ada 7 macam kekayaan menurut guru agung :

1. Kekayaan karena mempunyai keyakinan (Sadha) kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Keyakinan inilah yang mendorong umat ke vihara, bersujud, menghormat, berbakti pada Triratna. Karena itu mempunyai keyakinan adalah kekayaan yang pertama. 


2. Kekayaan mau belajar (Bahusacca). Sekedar memiliki keyakinan tidak cukup. Apa artinya bersujud, mempersembahkan bunga, membaca paritta kalau hanya itu, sekedar formalitas, sekedar hiburan spiritual. 

Belajarlah untuk mengerti siapa yang kita yakini dengan terang dan jelas, Bhikkhu yang sudah berpuluh  tahun pun tidak akan pernah berhenti belajar Dhamma. Karena belajar Dhamma tidak ada habisnya. 


3. Kekayaan dari memberi (Caga, Dana)

Dengan belajar akan mendapat dorongan utk praktik Dhamma. Praktik Dhamma yang pertama : berdana. Kalau mengerti dasa paramitha, yang pertama adalah dana. 

Bila kita membaca tripitaka, tidak pernah ada sekalipun kata meminta, karena meminta BERTENTANGAN dengan keyakinan terhadap hukum kamma. Lakukanlah kebajikan, menanamlah, anda akan mendapatkan, tdk usah meminta. Memberilah, itulah ajaran guru agung kita yang pertama. 

Berdana bisa mengabulkan semua keinginan. Tapi umat Buddha tidak mengharapkan. Mengharapkan pahala memang tidak salah, tetapi rendah. Berdanalah untuk tujuan membersihkan kotoran batin, mengurangi keakuan, kecongkakan, kilesa.. Itulah tujuan dana yang tertinggi. 

Dengan membersihkan kotoran batin (kilesa),  penderitaan akan berkurang. Penderitaan yang berkurang, membuat kebahagiaan bertambah. 

Bila seseorang mengerti arti berdana seperti ini, biarpun seseorang hanya memiliki sesendok nasi, ia tidak akan menghabiskan utk sendiri tapi tetap akan disisihkan utk berdana. Karena bisa memberi adalah kekayaan. 

Alangkah menderitanya orang yang tidak pernah memberi, dan alangkah menderitanya orang yang tidak bisa memberi. 


4. Kekayaan dengan memiliki sila. (Sila)

Ada yang suka memberi, menolong tapi juga suka membunuh termasuk membunuh binatang, ia tdk akan miskin, tetapi hidupnya penuh bahaya, banyak ancaman, penyakitnya tidak sembuh, silih berganti atau umurnya pendek. 

Suka berdana tapi suka mencuri dan korup, ia tidak akan memiliki keluarga atau kolega yang terpercaya. 

Pendana tapi suka berselingkuh. Ia memiliki uang tapi keluarganya tidak akan harmonis, penuh ketegangan.

Suka berdana tapi mulutnya tidak bisa dipercaya, bergosip, tidak pernah berbicara yang baik. Ia tidak akan berwibawa. Kata2nya tidak akan diikuti. Terakhir, suka berdana tapi suka minum2an keras, nge-drug, ia akan mudah kena stress, bahkan sampai sakit ingatan. Mungkn dilahirkan kembali menjadi anak orang kaya tapi bodoh atau sakit jiwa. 


5. Kekayaan memiliki rasa malu (Hiri)


6. Kekayaan memiliki rasa takut (Ottappa)

Dengan memiliki hiri dan ottapa orang akan menghindari pelanggaran sila


7. Kekayaan mempunyai kebijaksanaan/kearifan (Panna)

Umat Buddha mengerti dukkha, anicca, anatta. Mengerti saja tdk cukup. 

Anicca, Dukkha, dan Anatta  bukan hanya bahasan filosofis, kalau tdk ada manfaat psikologis ke dalam diri. 

Apa manfaat mengerti Anicca? Akan memiliki kekuatan yang luar biasa, tidak akan pernah putus asa. Karena memahami Semua kesulitan tidak kekal. Karena memahami tidak ada yang kekal di alam semesta ini. Kenapa harus bersedih, pesimis, karena semuanya Anicca.

Apa manfaat mengerti dukkha? Jangan membuat penderitaan ke dalam orang lain dan diri sendiri.

Apa manfaat mengerti Anatta? Tidak akan congkak. Karena memahami tidak ada yang disebut 'aku'


Banyak yang mengerti Dhamma tapi kesombongannya juga tinggi, merasa lebih dari yang lain. Mengerti Dhamma malah keakuannya bertambah.


Bagaimana mendeteksi keakuan yang muncul. Saat bermeditasi, kesadaran itu akan mendeteksi saat keakuan itu muncul. 


Yang memiliki 7 kekayaan itu, pria atau wanita, ia tidak akan miskin. 

Orang yang seperti ini hidupnya tdk akan sia2.
________

TIDAK ADA HAL BENAR DI MATA ORANG-ORANG YANG SALAH😇🌹

Suatu hari ada seorang wanita muda yang datang kepada guru bijak dan bertanya;

Guru mengapa ya kok ada orang yang kerjanya setiap hari itu menghujat orang lain dengan kata-katanya yang pedas dan kasar ya???

Mengapa sy tidak pernah mendengar sekalipun ia memuji orang lain, kalaupun memuji itu malah bentuknya seperti sindiran yang menyakitkan.

Dengan lembut sang guru bijak berkata;

Begini ya nak, jika kamu hanya punya gula maka yang kamu bisa berikan pada orang lain itu ya gula yang manis....

Begitupun jika kamu cuma punya sambal, yang kamu bisa berikan pada orang lain itu ya cuma sambal yang pedas....

Jadi jika ada orang yang selalu berkata-kata pedas pada orang lain, mungkin yang dia punya ya cuma itu.

Dan tidak ada yang lainnya lagi yg bisa dia berikan pada orang lain.

Nah pertanyaannya, kamu sendiri sekarang punya apa yang ingin kamu bagi dan berikan pada orang lain...?
Kata-kata yang manis atau yang pedas ?

Karena sesungguhnya kamu tidak bisa membagi atau memberi apa yang kamu tidak miliki dalam diri dan pikiran kamu.

Wanita muda itu tiba-tiba saja terdiam..... dan merenungkan apa yang baru saja dia dengar dari sang guru bijak...

berusaha bertanya pada batin kecilnya, terutama pada bait:

"Nah pertanyaannya, KAMU SENDIRI SEKARANG PUNYA APA YANG INGIN KAMU BAGI & BERIKAN PADA ORANG LAIN...?"😭

"Kata-kata yang MANIS atau yang PEDAS ?"

"Karena sesungguhnya kamu TIDAK BISA membagi atau memberi apa yang kamu TIDAK MILIKI dalam diri dan pikiran kamu."🙏